JAKARTA – Sea Ltd, perusahaan teknologi terkemuka asal Singapura, berupaya memperkuat posisi platform e-commerce mereka, Shopee, di Asia Tenggara. Shopee, yang merupakan pesaing dari Tokopedia (GOTO), telah memperoleh pasar yang kuat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan dari Momentum Works, sebuah perusahaan riset pasar teknologi yang berbasis di Singapura, pada tahun 2022 Shopee berhasil mendominasi pasar e-commerce di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Namun, di Indonesia, Shopee menghadapi persaingan ketat dari Tokopedia, platform e-commerce milik GOTO Group.
Shopee menguasai 36 persen pangsa pasar di Indonesia, sedangkan Tokopedia menguasai 35 persen. Sementara itu, Lazada dan Bukalapak tertinggal dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 10 persen. TikTok dan Blibli memiliki pangsa pasar sebesar lima persen dan empat persen.
Dalam hal Gross Merchandise Value (GMV), Shopee berhasil unggul atas Tokopedia dan e-commerce lainnya selama tiga tahun berturut-turut. Pada tahun 2022, dari total GMV e-commerce Indonesia yang mencapai US$99,5 miliar, Shopee berkontribusi sebesar US$47,9 miliar, sementara Lazada dan Tokopedia masing-masing sebesar US$20,1 miliar dan US$18,4 miliar.
Pencapaian GMV Shopee tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2020 dan 2021, di mana GMV Shopee masing-masing sebesar US$24,3 miliar dan US$42,5 miliar. Sementara itu, GMV Tokopedia pada tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar US$10,6 miliar dan US$15,6 miliar.
Survei Penggunaan Internet oleh UMKM dan Korporasi yang dirilis oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa Shopee menempati urutan pertama sebagai e-commerce yang paling sering digunakan oleh UMKM. Sebanyak 39,30 persen UMKM menggunakan Shopee untuk berjualan, diikuti oleh Tokopedia (24,38 persen), Lazada (14,93 persen), OLX (5,47 persen), dan Bukalapak (4,98 persen).
Momentum Work memperkirakan bahwa Shopee akan terus mengalami pertumbuhan yang agresif pada tahun 2023. Pertumbuhan ini mungkin didorong oleh promosi, mengingat pada kuartal II/2023 biaya pemasaran dan penjualan Shopee meningkat sebesar 23 persen secara kuartalan menjadi US$493,6 juta.
CEO SEA Group, Forrest Li, mengatakan bahwa perusahaan akan meningkatkan investasi untuk mempercepat pertumbuhan Shopee. Namun, analis Citigroup, Alicia Yap, berpendapat bahwa keputusan Sea untuk menginvestasikan lebih banyak dana ke Shopee dapat membuat grup kembali ke zona rugi. Dia mengubah pandangan menjadi netral terhadap saham Sea karena kurang yakin dengan langkah Sea Limited.
“Pertarungan brutal [di bisnis e-commerce] sepertinya akan dimulai,” tambahnya.