JAKARTA – Google, perusahaan teknologi raksasa, mencoba suatu pendekatan yang berbeda untuk menggerakkan para Googler—sebutan akrab bagi para pekerja di kantornya yang terletak di Mountain View—untuk berbondong-bondong kembali ke lingkungan kantor fisik mereka.
Dalam upayanya mengakhiri era bekerja dari rumah yang telah menguasai dunia kerja sejak awal pandemi, Google menghadirkan tawaran yang cukup unik. Mereka mengajak karyawan untuk menginap di hotel-hotel berharga US$99 (sekitar Rp 1,5 juta) yang berdekatan dengan kantor, sehingga karyawan dapat dengan mudah berangkat bekerja keesokan harinya tanpa terganggu oleh hambatan perjalanan.
Pada tahun lalu, Google mencoba mengimplementasikan model kerja hibrida, di mana pekerja diharapkan berada di kantor selama tiga hari dalam seminggu. Namun, rencana ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak pekerja yang memilih tetap bekerja dari rumah.
Perusahaan ini tidak tinggal diam. Pada bulan Juni, pernyataan resmi dikeluarkan, menyatakan bahwa tidak ada ganti bagi pengalaman bekerja langsung dari kantor. Ancaman untuk menerapkan regulasi yang lebih ketat bahkan mulai mengintai di ufuk, termasuk pelacakan ID karyawan untuk absensi dan evaluasi kinerja berdasarkan kehadiran fisik.
Menyusul hal tersebut, muncullah inisiatif yang diberi nama “Spesial Musim Panas.” Sesuai laporan dari CNBC Internasional, penawaran ini akan berlangsung hingga akhir September. Dengan ini, Google sepertinya berusaha bersaing dengan industri perhotelan lokal.
“Inisiatif ini dirancang untuk mempermudah Google untuk bertransisi ke tempat kerja hybrid,” demikian bunyi pemberitahuan iklan kepada staf yang dikeluarkan oleh perusahaan. Google menjanjikan keuntungan seperti tidur lebih lama tanpa harus bersusah payah berangkat pagi-pagi, dan kesempatan menikmati sarapan lezat atau berolahraga sebelum mulai bekerja.
Namun, sepertinya tawaran ini tidak berhasil memikat hati semua Googler. Di salah satu forum internal, seorang staf menunjukkan ketidakpuasannya dengan mengatakan, “Sekarang saya dapat mengembalikan sebagian gaji saya ke Google,” sementara yang lain menyindir masalah “keseimbangan kehidupan kerja.”
Kebijakan ini mencerminkan dilema yang dihadapi banyak perusahaan besar di seluruh dunia dalam mengembalikan para pekerja ke kantor fisik. Namun, apakah strategi unik Google ini akan berhasil atau justru menjadi bumerang bagi perusahaan, waktu yang akan menentukan.