Jakarta – Harga minyak kelapa sawit (CPO) di Bursa Malaysia Exchange mengalami penurunan pada pekan terakhir bulan ini setelah sebelumnya menguat selama tiga minggu pertama. Data dari Refinitiv menunjukkan harga CPO turun sebesar 0,72% secara mingguan menjadi MYR 4006 per ton, namun secara bulanan masih bertahan di zona positif sebesar 5,73%.
Faktor Penyebab Penurunan Harga CPO
Penurunan harga CPO selama pekan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mata uang ringgit Malaysia yang menguat membuat minyak sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing. Selain itu, harga kargo asal Indonesia yang lebih murah juga memberikan tekanan pada harga CPO.
Permintaan pengemasan juga mengalami penurunan karena kargo asal Indonesia menawarkan harga yang lebih rendah, dengan selisih sekitar US$ 30-40 lebih murah dibandingkan kargo Malaysia. Akibatnya, beberapa trader bull spread melepas posisi mereka pada perdagangan Kamis dengan kontrak Juli yang akan segera berakhir.
Pengaruh Harga Minyak Lainnya
Harga minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga jenis minyak nabati lainnya di pasar global. Pada periode yang sama, harga minyak saingannya, yaitu kontrak soyoil, juga mengalami penurunan sebesar 0,37%.
Prospek Ekspor Minyak Sawit Malaysia
Meskipun harga CPO mengalami penurunan, prospek ekspor minyak sawit Malaysia pada bulan Juli tetap menunjukkan potensi pemulihan permintaan. Data dari AmSpec Agri Malaysia menunjukkan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia selama 1 hingga 25 Juli 2023 meningkat sebesar 10,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain itu, cargo surveyor Interfek Testing Service juga melaporkan kenaikan ekspor sebesar 17,8% pada periode yang sama.
Peninjauan Kondisi Pasar
Para pelaku pasar terus memantau kondisi ekonomi dan harga minyak kelapa sawit, mengingat fluktuasi yang dapat terjadi seiring dengan perubahan kondisi pasar global. Semua pihak diharapkan bijaksana dalam mengambil keputusan investasi dan perdagangan menghadapi ketidakpastian di pasar komoditas.