JAKARTA – Meskipun banyak analis dan investor mengantisipasi lonjakan pertumbuhan ekonomi China setelah pembatasan Covid-19 dicabut, kenyataannya belum sesuai harapan. Indeks ekuitas China untuk investor global, iShares MSCI China ETF (MCHI), mengalami penurunan sebesar 7,93%.
Barclays, salah satu institusi keuangan terkemuka, telah menyesuaikan ekspektasi pertumbuhan ekonomi China mereka, terutama dengan melihat kondisi pasar properti dan pertumbuhan industri ritel yang kurang memuaskan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi banyak perusahaan teknologi, termasuk industri semikonduktor yang saat ini juga terpengaruh oleh sanksi ekspor dari AS.
Perusahaan semikonduktor seperti Monolithic Power Systems (MPS), Qualcomm, dan Texas Instruments, sangat bergantung pada pasar China. MPS, meskipun kurang dikenal oleh publik, memiliki portofolio produk yang luas. Pada 2022, 86% pendapatan MPS berasal dari klien di Asia, terutama China.
MPS telah mengidentifikasi beberapa risiko yang mungkin dihadapi akibat perlambatan ekonomi China. Saham MPS mengalami penurunan pendapatan sebesar 17,99% dalam sebulan terakhir, namun masih memberikan return sebesar 36,96%.
Qualcomm, yang berfokus pada chip komunikasi untuk perangkat seluler, juga merasa khawatir dengan kondisi ekonomi China. “Sebagian besar bisnis kami berada di China. Situasi ini bisa memburuk dengan adanya ketegangan perdagangan antara AS dan China,” kata perwakilan Qualcomm. Saham Qualcomm mengalami penurunan sebesar 16,7% pada bulan Agustus.
Sementara itu, Texas Instruments, yang melayani pasar otomotif, elektronik konsumen, dan komunikasi, mengalami penurunan pendapatan di tengah booming AI dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Saham perusahaan turun 8,68% dalam sebulan terakhir.