JAKARTA – Dolar AS mengalami penurunan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada penutupan perdagangan Jumat (18/8/2023), setelah data inflasi kawasan euro menunjukkan tanda-tanda pelambatan marjinal. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,18 persen menjadi 103,3831 pada akhir perdagangan.
Laporan yang diterbitkan oleh Kantor Statistik Uni Eropa pada Jumat (18/8) menunjukkan bahwa tingkat inflasi tahunan kawasan euro mencapai 5,3 persen pada Juli, turun dari 5,5 persen pada Juni. Setahun sebelumnya, angka ini mencapai 8,9 persen. Sementara itu, inflasi tahunan Uni Eropa adalah 6,1 persen pada Juli tahun ini, turun dari 6,4 persen pada Juni. Setahun sebelumnya, angka ini mencapai 9,8 persen.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan pada Jumat (18/8) bahwa volume penjualan di supermarket Inggris turun 2,6 persen pada Juli setelah kenaikan pada Juni, yang lebih besar dari perkiraan para ekonom. Ekspektasi suku bunga Inggris yang lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang mendukung pound Inggris dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah Inggris semakin tinggi.
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0878 dolar AS dari 1,0857 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2740 dolar AS dari 1,2728 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar AS dibeli 145,2980 yen Jepang, lebih rendah dari 146,0890 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8824 franc Swiss dari 0,8797 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3545 dolar Kanada dari 1,3546 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 10,9709 krona Swedia dari 10,9363 krona Swedia.