JAKARTA – Sebuah algoritma kecerdasan buatan (AI) yang awalnya dirancang untuk digunakan di fasilitas Vera Rubin Observatory di Chile Utara telah berhasil mendeteksi asteroid berbahaya yang sebelumnya luput dari pengawasan manusia. Algoritma tersebut, yang disebut ‘HelioLinc3D’, mengidentifikasi asteroid yang telah diberi nama 2022 SF289.
Asteroid 2022 SF289 ini memiliki ukuran sekitar 600 kaki dan diperkirakan akan mendekati Bumi dalam jarak 140.000 mil. Sebagai referensi, jarak tersebut hampir setengah dari jarak antara Bumi dan Bulan. Meskipun ukuran asteroid ini dianggap kecil dan sulit terdeteksi oleh manusia, dampak yang bisa dihasilkan dari asteroid ini cukup besar, mampu menghancurkan kota atau bahkan negara jika menghantam Bumi.
Namun, menurut New York Times, asteroid tersebut tidak akan mendekati Bumi dalam waktu yang dekat. Kabar ini menjadi berita penting, terutama mengingat AI ini berhasil mendeteksi asteroid tersebut setelah tim NASA sebelumnya tidak berhasil mengidentifikasinya, yang menunjukkan kemajuan besar dalam bidang kecerdasan buatan.
Fasilitas Vera Rubin Observatory belum sepenuhnya beroperasi, tetapi ketika beroperasi nanti, fasilitas ini akan mengambil gambar langit setiap tiga malam sekali. Dengan algoritma HelioLinc3D yang mendampingi kamera observatorium, data langit yang terkumpul diharapkan bisa memberikan informasi berharga untuk kepentingan penelitian dan pengetahuan manusia.
“Melalui software yang diimplementasikan di Rubin Observatory, kita dapat mendeteksi ribuan asteroid berbahaya,” kata Ari Henze, peneliti dari University of Washington, seperti yang dikutip dari Futurism pada Selasa (15/8/2023). “Penemuan 2022 SF289 akan membuat kita semua lebih aman,” tutupnya.