JAKARTA – Zoom Video Communications, Inc., perusahaan terdepan dalam teknologi komunikasi yang berasal dari Amerika, kini mensyaratkan para karyawan untuk melaksanakan pekerjaan mereka dari kantor. Keputusan ini diambil menyusul anulirnya status darurat global COVID-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai langkah radikal yang pertama kali diambil selama tiga tahun terakhir, ini merupakan sebuah perubahan besar bagi Zoom. Selama pandemi COVID, perusahaan yang fokus pada layanan video konferensi berbasis cloud computing ini dengan konsisten mengaplikasikan sistem kerja-dari-rumah (WFH), yang sesuai dengan esensi dari aplikasi Zoom sebagai alat yang mendukung kerja jarak jauh.
“Era revolusi kerja dari rumah telah usai, dan kami mendesak seluruh anggota tim kami untuk menginjakkan kembali kaki mereka di kantor untuk kali pertama sejak pandemi ini berlangsung,” ungkap Eric Yuan, CEO Zoom.
Yuan menambahkan, “Kami meyakini bahwa model kerja hibrida yang terstruktur, yang mensyaratkan karyawan untuk hadir di kantor minimal dua hari seminggu, akan melancarkan alur kolaborasi dan melahirkan inovasi yang beragam, demi menaikkan pendapatan per kuartal.”
### Pendapatan Zoom Tergerus
Namun, sebelum mengubah sistem kerja, Zoom mengalami penurunan laba yang terus berlanjut selama setahun terakhir. Saham perusahaan ini dilaporkan merosot lebih dari 63 persen pada tahun 2022. Bahkan profit perusahaan diperkirakan menyusut hingga 38 persen, yang disebabkan oleh penurunan jumlah pengguna harian Zoom, terutama pasca penghapusan status darurat Covid oleh berbagai perusahaan.
Zoom terpaksa melakukan pemangkasan terhadap 1.300 karyawan, atau sekitar 15 persen dari total staf global. Hal ini turut memengaruhi Eric Yuan, pendiri Zoom, yang harus menghadapi krisis dalam pendapatan perusahaan. Meskipun tidak dijelaskan secara spesifik, beredar kabar bahwa kemerosotan saham dan laba Zoom telah menggerus sebagian besar harta milik Yuan.
“Saat dunia bergerak menuju era pasca-pandemi, kami menyaksikan pelanggan mulai mengurangi penggunaan layanan kami. Situasi ini semakin buruk dengan adanya ketidakpastian ekonomi global, sehingga kami harus berjuang keras untuk mengatur ulang perusahaan agar dapat menghadapi krisis yang mengancam,” papar Yuan.
Zoom pernah mendapat predikat sebagai platform layanan video conference terpopuler di dunia, dengan catatan pendapatan yang melonjak hingga 191 persen year-on-year (yoy) pada kuartal pertama tahun 2021. Pencapaian gemilang ini membuat perusahaan dihargai 35 miliar dolar AS, dan mendorong Yuan untuk mengumpulkan kekayaan yang terus bertambah.
Diperkirakan pada masa keemasannya di tahun 2020, kekayaan Yuan meningkat sebesar 6,6 miliar dolar AS. Lonjakan ini bahkan membawa Yuan menjadi CEO berusia 50 tahun dengan harta 23 miliar dolar AS, sesuai dengan Bloomberg Billionaires Index.