JAKARTA – Kemunduran pusat perbelanjaan telah menjadi isu krusial dalam beberapa tahun terakhir. Alphonzus Widjaja, Ketua Umum APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), mengungkapkan bahwa meskipun banyak pusat perbelanjaan kembali normal, ada beberapa yang mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kunjungan.
Widjaja menjelaskan bahwa pusat perbelanjaan seharusnya tidak lagi hanya menjadi tempat berbelanja. Pusat perbelanjaan di kota-kota besar harus dapat mengintegrasikan berbagai fungsi selain belanja untuk bersaing dengan e-commerce. Dalam era pasca-pandemi COVID-19, masyarakat lebih memprioritaskan interaksi sosial daripada berbelanja.
Widjaja menekankan pentingnya inovasi dalam menyediakan fasilitas dan pengalaman yang bisa menciptakan interaksi sosial antar pelanggan. Konsep gedung dan campuran penyewa harus mampu menarik pelanggan dengan menyediakan journey atau experience yang unik.
Menurut Widjaja, pusat perbelanjaan harus selaras dengan perubahan gaya hidup masyarakat, yang cenderung cepat berubah. Budaya masyarakat Indonesia yang senang berkumpul harus menjadi pertimbangan dalam pengembangan fasilitas dan konsep pusat perbelanjaan.
Plaza Semanggi: Simbol Kemunduran Pusat Perbelanjaan Plaza Semanggi, contohnya, adalah simbol dari keadaan pusat perbelanjaan yang mengalami penurunan. Pantauan pada 5 Agustus 2023 menunjukkan bahwa mal ini tak lagi ramai seperti sebelumnya. Beberapa toko tutup, dan hanya ada segelintir pengunjung yang terlihat. Sepinya mal ini dikaitkan dengan maraknya belanja online dan pandemi Covid-19.
Adi, seorang petugas di ekspedisi ternama, menggambarkan penurunan layanannya dari 30 orang sehari menjadi rerata 5 orang setiap hari. Kesepian menjadi teman setiap hari kerjanya.
Vina dan Nurul, dua pengunjung Plaza Semanggi, juga menyampaikan kesan mereka tentang sepinya mal. Mereka menilai Plaza Semanggi seperti “mal mati” di lantai bawah.
Lippo Malls Group, pengelola Plaza Semanggi, menyampaikan rencana renovasi sebagai respons terhadap keadaan tersebut. Nidia N Ichsan dari Lippo Malls Group menjelaskan bahwa proses renovasi membutuhkan waktu lama, termasuk mengurus perizinan dan desain.
Pasar Tradisional Ikut Terdampak Pasar tradisional juga ikut terdampak oleh perubahan gaya belanja masyarakat. Menurut Maria Magdalena dari ICR, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengusaha dan pengelola pasar tradisional.
Piter Abdullah, seorang ekonom senior, menyebutkan bahwa Mangga Dua dan Glodok yang pernah menjadi pusat perbelanjaan ramai kini juga terdampak. Tantangan bagi pengelola adalah bagaimana menjual tempat mereka agar sesuai dengan kebutuhan gaya hidup masa kini dan masa depan.