Jakarta – Calbee, pemain utama dalam dunia keripik kentang Jepang, telah merencanakan langkah-langkah proaktif untuk menangkal dampak potensial dari suatu krisis pasokan global yang merusak bisnis mereka.
Perusahaan ini sempat diterpa badai saat mengalami penurunan pasokan kentang selama periode musim panas 2021 hingga musim gugur 2022. Kondisi ini dikatalisasi oleh harga bahan makanan yang melambung, dikarenakan produsen berjuang dengan komplikasi rantai pasokan yang disebabkan oleh pandemi, serta kekeringan yang menyiksa di Brasil dan lonjakan penggunaan minyak nabati, gula, dan sereal di seluruh dunia.
Tak cukup sampai disitu, konflik militer di Ukraina yang pecah pada Februari 2022 memotong akses ke eksportir biji-bijian dan minyak nabati global yang sangat penting. Hal ini memperburuk situasi, berkontribusi pada kenaikan rekor harga pangan tahun lalu, dengan indeks acuan yang disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencapai titik tertinggi sejak 2005.
Biasanya, Calbee memperoleh hingga 90% dari persediaan kentang mereka dari Jepang sendiri, dengan Hokkaido – sebuah pulau di utara Jepang – menjadi sumber utama, menyumbang 80% dari total pasokan. Sayangnya, daerah tersebut mengalami kekeringan yang berat pada 2021, mengakibatkan penurunan pasokan kentang domestik sebesar 8% dan 14% pada tahun fiskal 2021 dan 2022.
Dalam usaha untuk menyeimbangkan penurunan tersebut, Calbee berusaha untuk meningkatkan impor dari AS, yang biasanya hanya berkontribusi 10% dari total pasokan kentang mereka. Namun, rencana tersebut tidak berjalan lancar. Krisis kontainer pengiriman secara global memicu keterlambatan pengiriman dan membuat biaya pengiriman melonjak.
Situasi kemudian berubah menjadi lebih buruk. Pada akhir tahun 2021, banjir yang melanda wilayah Barat Laut Pasifik AS merusak operasional pelabuhan, mempersulit upaya Calbee untuk memperoleh pasokan kentang dan “potato flakes” (potongan-potongan kering dari kentang tumbuk, bahan dasar untuk produk populer mereka, Jagarico). Kondisi tersebut memaksa perusahaan untuk menunda kampanye penjualan dan peluncuran produk baru, serta harus menanggung biaya pengadaan dan pengiriman yang melonjak.
Dalam laporan keuangan mereka hingga Maret 2022, Calbee melaporkan penurunan laba operasional sebesar 7% sebagian disebabkan oleh berbagai hambatan ini. Namun, sebagai upaya untuk mengamankan pasokan kentang dan untuk mempersiapkan diri menghadapi krisis serupa, Calbee kini berkolaborasi dengan petani di seluruh Jepang untuk meningkatkan pasokan domestik mereka dari 320.000 ton menjadi 400.000 ton per tahun pada akhir dekade ini.
“Situasi cuaca sangat, sangat penting bagi kami. Jadi untuk menghindari hal semacam itu, kami sekarang mencoba untuk menambah ladang di Jepang, selain di Hokkaido,” kata Ehara, dilansir dari CNN.
Perusahaan ini juga merencanakan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap impor kentang dari Amerika Serikat (AS), satu-satunya pemasok luar negeri mereka, menjadi setengah dari total pasokan. Ehara mengatakan, Calbee juga mempertimbangkan untuk mulai mengimpor dari pasar lain, seperti Eropa, sebagai upaya diversifikasi.